📦 Truk Terguling, Mi Instan Dijarah! Wajah Suram Solidaritas di Tengah Deru Sirine dan Jeritan Kemanusiaan



Banyuasin, Sumatera Selatan
Rabu sore yang biasanya tenang di ruas Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) mendadak berubah menjadi panggung horor kemanusiaan. Dua truk bertabrakan di kawasan Gerbang Tol Musi Landas, Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, 29 Mei 2024. Satu nyawa melayang, pelat nomor terlepas, dan… ratusan bungkus mi instan berserakan seperti harta karun di tanah.

Tapi yang lebih menyayat: warga sekitar menyerbu, bukan untuk menolong korban, melainkan menjarah mi instan dari bangkai kendaraan.

Seorang sopir tewas. Satu motor terpental akibat menghindari tabrakan. Polisi datang mengamankan lokasi. Namun sebelum garis polisi terpasang sempurna, sudah banyak tangan sibuk menyambar dus demi dus mi instan — sebagian bahkan mengisi karung dan ember untuk mengangkutnya pulang.

"Itu bukan bantuan darurat, itu perampokan berjubah rasa lapar," komentar seorang pengguna media sosial di video yang viral.

Kanit Gakkum Satlantas Polres Banyuasin, Iptu Ivan Safriansa, membenarkan bahwa truk bertabrakan secara frontal, bukan tabrakan beruntun. "Ini adu banteng, bukan beruntun," ujarnya. "Satu truk dari arah Palembang, satu dari arah berlawanan. Ada satu korban meninggal."1


Sejarah Berulang: Ketika Bencana Jadi Ladang 'Gratisan'

Kejadian seperti ini bukan yang pertama, bahkan jauh dari kata langka:

  • 🥛 Agustus 2023, Indramayu – Truk pengangkut susu kaleng terguling. Warga ramai-ramai memunguti muatannya. Polisi menyebut barang rusak dan telah diizinkan oleh pemilik. Tapi tetap saja, visualnya menyedihkan.2

  • 🥚 Maret 2025, Labuhanbatu Selatan – Pikap pengangkut telur kecelakaan. Tak hanya telur yang dijarah, ponsel dan dompet korban juga raib. Penjarahan terjadi saat korban masih tergolek lemas.3

  • 🥩 Juli 2019, Subang – Truk berisi daging beku terguling. Warga tak menunggu izin, langsung merampas. Padahal daging itu untuk program distribusi bantuan.


Refleksi: Solidaritas Sosial yang Terkikis

Fenomena ini menyiratkan dua luka: luka fisik akibat kecelakaan dan luka sosial akibat kehilangan empati. Kita tidak hanya kehilangan nyawa, tapi juga kehilangan wajah manusiawi kita. Di tengah suara sirine ambulans dan korban yang meregang nyawa, suara plastik mi instan yang dikoyak terdengar lebih nyaring.



Di mana letak rasa malu saat menyambar barang dari truk yang ringsek?
Di mana ajaran gotong royong dan tolong-menolong yang selama ini dibanggakan sebagai warisan budaya kita?

Sebagai penulis dan manusia, saya tidak bisa menonton video-video itu tanpa merasa mual. Mual bukan karena isi truk, tapi karena isinya yang lebih penting: potret jiwa kita yang haus akan empati, namun diselimuti kemiskinan — bukan hanya materi, tapi kemiskinan nurani.


Kesimpulan: Waktu untuk Berubah

Kejadian ini harus menjadi alarm keras bagi pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat. Penegakan hukum harus tegas. Pelaku penjarahan, bahkan dalam bencana, bukan pahlawan keluargamereka adalah pelanggar kemanusiaan.

Kita perlu bertanya:

Jika kita berada di posisi korban,
masihkah kita merasa bangga membawa pulang sekardus mi instan hasil rampokan dari truk yang hancur bersama nyawa yang tak tertolong?


Catatan Kaki / Sumber:

  • Detik Sumatera Selatan - Truk Adu Banteng di Jalinsum Banyuasin

  • Liputan6 - Truk Susu Dijarah di Indramayu

  • Radar Bogor - Penjarahan Pikap Telur di Sumatera Utara

  • Reactions

    Post a Comment

    0 Comments