Oleh: Redaksi Gimana Caranya?
“Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara keras — lalu pesawat tumbang. Saya membuka mata, melihat tubuh berserakan dan puing di mana-mana… Saya berlari.”
– Vishwashkumar Ramesh, satu-satunya penyintas Flight AI‑171 myrepublica.nagariknetwork.com+15ibtimes.sg+15news.com.au+15
🕰️ 1. Kronologi 30 Detik yang Menghancurkan
12 Juni 2025, pukul 13:38 IST – Boeing 787 Dreamliner Air India AI‑171 lepas landas dari Ahmedabad, merekam ketinggian ~650 kaki sebelum sinyal hilang .
Sekitar 13:39 IST – Sinyal "Mayday" terdengar, pesawat kehilangan daya dorong, gear tetap terbuka, lalu menukik dan menabrak asrama B.J. Medical College .
~33 detik setelah takeoff – Dampak fatal. 241 orang onboard tewas, puluhan lainnya di darat. Hanya Vishwashkumar Ramesh yang selamat .
🎙️ 2. Kesaksian Penyintas
-
Ramesh menceritakan bahwa setelah tumbangnya pesawat, ia "bangun di tengah puing dan tubuh," lalu merangkak menuju pintu darurat dan melompat keluar .
-
Ia "lari sebelum diseret staf medis" ke ambulans deseret.com+4ibtimes.sg+4reuters.com+4.
-
Meskipun menderita luka di dada, mata, dan kaki, ia menegaskan ia tidak merasa istimewa, hanya beruntung — dan bertanya kenapa yang lain tidak bisa menyusulnya selamat .
Kesaksiannya sangat keras: ini bukan sekadar luka fisik, tetapi luka moral — pertanyaan keras yang seharusnya didengar oleh regulator dan publik.
🛠️ 3. Peran AAIB: Otonom Tapi Tertantang
Lembaga resmi penyelidikan India, AAIB, diharapkan bekerja seperti KNKT — mandiri secara operasional dan berwenang mencari akar kejadian. Fokus utamanya:
-
Analisis mesin GEnx, flap, landing gear.
-
Rekonstruksi dinamik dan simulasi prosedur takeoff.
-
Identifikasi faktor teknis, operasional, dan pengaruh eksternal (pilot error, maintenance).
-
Rekomendasi konkret dan pemantauan implementasi.
Namun AAIB perlu dibuktikan:
-
Apakah kemampuan teknis dan personel mereka memadai?
-
Apakah investigasi benar-benar independen?
-
Apakah rekomendasi jadi acuan perubahan — bukan hanya jadi laporan?
🔍 4. Analisis dan Kritik
-
Pesawat seharusnya aman, tetapi kombinasi flap tidak deploy + gear terbuka + kehilangan thrust langsung jadi fatal dalam hitungan detik.
-
Ramesh bertahan di kursi 11A (emergency exit) — tapi keberuntungan semata bukan cukup alasan bagi regulator untuk tak bertindak tegas.
-
Setiap kali kita mendengar "penilaian keselamatan tetap tinggi", kita harus mengingat: nyawa bisa tercabut dalam satu sentuhan kesalahan teknis.
💡 5. Kesimpulan: Harapan Transparansi, Bukan Sekadar Jawaban
-
Suara Ramesh bukan sekadar narasi selamat — tapi seruan tanggung jawab:
“Kenapa aku yang selamat, bukan yang lain?”
-
AAIB harus menjawab:
-
Apakah laporan mereka akan benar-benar membuka semua data — bukan sekadar temuan awal?
-
Akankah rekomendasi mereka dieksekusi?
-
Akankah publik dan regulator menuntut pertanggungjawaban nyata?
-
Ini bukan sekadar tragedi teknis. Ini kecemasan moral:
-
Kita menunggu hasil AAIB.
-
Kita pantau implementasi rekomendasi (engine check, flap, gear, training).
-
Kita jaga agar suara penyintas Ramesh terus terdengar — sebagai pengingat bahwa langit bukan tempat untuk eksperimen tanpa pengawasan mutlak.
0 Comments