“Oh my god” bisik Chester dengan
pelan dan penuh perasaan, mata dengan iris hijau itu membelalak, memperhatikan
gadis dengan warna pastel itu dengan seksama.
Rambut bob berwarna pastel pink
itu terurai dengan indah hingga ke bahu gadis itu. Matanya berwarna caramel dan
memiliki cahaya yang menyebabkan hati Chester bagaikan di remas.
“hoi!” tiba-tiba lamunan Chester
terbuyar oleh teriakkan mana kecil tersebut.
“a-ah! Ma-maaf! Ya, aku Aurel
Chester, salam kenal” lelaki jangkung
itu memperkenalkan dirinya. Ia mengulurkan tangannya, sang gadispun keluar dari
rumah kacanya dan menjabat tangan Chester dengan senyum ramah.
“selamat datang di Belias Flower
Shop. Namaku Lily Marlee, dan ini adalah Belias. Dia adalah Mana api” Suara
wanita itu bagaikan angin musim semi di sertai dengan bubuk bunga, kadang
membuatmu sakit, tetapi wanginya manis.
“kau Alchemist?” hal itu yang
pertama kali di tanyakan Chester begitu mendengar nama mana tersebut. Lily
menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil
“Belias sudah lama tinggal
dilingkungan ini. Bagaimanapun perubahan pada tempat ini, ia menolak untuk
pindah” bagaikan membaca pikiran Chester, Lily menjelaskan tentang Belias
padanya. “aku seorang penyihir hijau, pemilik tempat ini, ada yang bisa ku
bantu, Alchemist Chester?”
“ah, aku sedang mencari bunga,
chamomile, apakah ada?” Chester kembali membenarkan tali tas ranselnya. Ia
kembali ke akal sehatnya.
“oh! Tentu saja! Butuh berapa?
Yang kering atau yang segar?”
“yang segar saja, saya butuh 1
lusin saja, kalau bisa dengan daun dan batangnya” ujar Chester, Lily mengangguk
kecil dan segera kembali ke rumah kacanya di ikuti Belias. “hei alchemist muda,
masuk dulu, butuh beberapa menit untuk menyiapkannya” perintah Belias yang
memegang pintu rumah kaca tersebut, dengan segera Chester masuk kedalam rumah
kaca dan terbelalak melihat ternyata rumah kaca tersebut lebih besar dari
perkiraannya.
Ia dapat melihat beberapa pohon
besar, mulai dari daerah tropical hingga yang biasa ia lihat di hutan, terdapat
bagian bunga hias, herbal, bahkan rumput liar dan rumput hias. Tempat ini
bagaikan hutan, tapi lebih tersusun. Terdapat sofa lengkap dengan meja dan
lemari kecil di sebelah pintu masuk, dan meja besar ditengah rumah kaca ini,
sepertinya itu tempat bekerja Lily.
“astaga” Chester juga dapat
merasakan sihir yang mengalir di dalam ruangan ini , membuatnya pusing sedikit.
Dia hanyalah seorang Alchemist, kekuatan sihirnya terbatas, sedangkan kekuatan
disini bagaikan menari hingga ke nadi Alchemist ini.
“minum ini, sepertinya kau akan
pingsan” Belias meletakkan segelas air
putih berisi kelopak bunga di atas meja. “dan duduk lah” perintah Mana itu dan
dengan diam Chester meminum air bunga tersebut. Ia dapat merasakan pusingnya
menghilang setelah meneguk air tersebut, mungkin terdapat beberapa mantra
didalamnya dan ia dapat bernafas dengan lega kembali.
“hey tuan Belias, apakah kau
tidak merasa aneh berada di tengah tumbuhan seperti ini?” Chester membuka
percakapan kepada Mana yang sedang meminum segelas air bunga juga.
“aku cukup tua untuk hidup di
tempat yang bukan sifat alami ku, jadi aku tidak memiliki masalah. Tempat ini
membutuhkan aku juga saat musim dingin” jelas Belias, Chester sama sekali tidak
menyangka dengan jawaban jujur dari Mana yang dari tadi memerintahnya ini.
“apakah kau sudah mempunyai
partner Alchemist muda?” Tanya Belias, mata bambi itu menajam bagaikan ia
menilai Chester. Lelaki berambut keriting itu menggeleng dan menghela nafas.
“beberapa Mana berbaik hati
menolongku kadang, tetapi belum ada yang tertarik menjadi partnerku”
“hm…” hanya itu sahutan dari
Belias dan Chester tahu kalau perbincangan mereka telah berakhir. Ia menghela
nafas dan merasakan oksigen yang lebih bersih masuk ke dalam paru-parunya.
“bagaimana keadaan pastor itu?
Apakah dia sehat?” tiba-tiba Belias kembali bertanya kepada Chester, membuatnya
terkejut.
“Ah. Dia sehat, belakangan ini
banyak warga yang membutuhkan nasihat dia. Jadi dia agak sibuk”
Belias mengangguk pelan dan
kembali menyesap air bunga itu, “kau masih belum menemukan sekolah?”
“bagaimana kau tahu tentang ku
Tuan Belias?” Chester mulai tidak nyaman dengan pertanyaan pribadi dari Mana
tersebut. Belias tertawa kecil dan menatap sekelilingnya.
“tumbuhan dan angin di sini
berbicara dan mendengar. Aku adalah salah satu bentuk fisik mereka, tentu saja
aku tahu apa yang terjadi di kota ini dan orang-orang yang tinggal disini”
jelas Belias “maafkan aku jika membuatmu tidak nyaman, hanya saja kau seperti
membawa kesedihan bersamamu dengan matamu itu, aku harap pertanyaanku tidak
membuatmu tersinggung”
“kau Mana yang sangat tenggang
rasa tuan Belias” Chester langsung mengutarakan isi hatinya begitu mendengar
penjelasan Mana api tersebut, di tambah dengan suaranya seperti balita membuat
Chester agak terganggu tapi ia menyimpanyna demi keselamatan nyawanya. “dan ya,
aku jarang ke kota jadi aku sedikit terkejut mendengar kau bahkan tahu tentang
aku yang sedang mencari sekolah” tawa
kecil yang manis terdengar dari Belias, matanya terlihat simpati kepada
Chester.
“kau Alchemist yang jenius, aku
tahu itu, warga kota sangat menyukaimu. Seperti yang kubilang, aku sudah cukup
tua. Datang lah kapan saja kesini jika kau ingin teman, aku dan Lily tidak
keberatan jika orang selain orang biasa dan teman Coven nya datang ke tempat
kami” tawar Belias dan Alchemist itu
sangat terkejut. “kau anak yang baik, semua orang menyukai mu, tetapi tidak ada
yang cukup berani untuk menemani seorang Chester” sambung Belias dan mata
Chester menyipit.
“sepertinya anda terlalu banyak
tahu tuan Belias” ujar Chester dan tawa renyah terdengar dari mulut Belias.
“Belias! Hentikan itu! Kau tidak
boleh mencampuri urusan orang!” Lily datang dengan sebuket bunga chamomile
segar, wajahnya merengut dan menatap Belias dengan kesal. “maafkan dia ya, dia
seperti kakek-kakek, selalu ikut campur dengan urusan orang” Lily memberikan
buket itu kepada Chester, yang menerimanya dengan mulut ternganga.
“hei! Dia membutuhkannya! Dan
semua yang aku katakan benar!” Belias membela diri sambil melipat kedua tangan
kecilnya.
“hot damn ini adalah bunga
chamomile yang paling bagus yang pernah aku lihat! Kau adalah penyihir yang
hebat nona Marlee!” seru Chester
tiba-tiba, ia memandangi bunga-bunga tersebut dengan kagum, memutarnya ke
segala arah dan menyentuhnya dengan hati-hati.
Semburat merah muncul dikedua
pipi bulat milik Lily, ia tertawa kecil dan matanya bercahaya dengan penuh
kebanggaan. “mereka banyak bicara tetapi mereka bekerja keras untuk tumbuh” ujar
Lily dengan malu-malu,
“ah ya kalian bisa berbicara
dengan tumbuhan ya. Sungguh beruntung” ujar Chester lagi, ia merogoh kantungnya
dan mengeluarkan kantung uangnya.
“ah kadang aku harus menutup
telingaku, tumbuhan di sini sangat suka bergosip terutama dengan Belias” Lily
menatap tajam Belias yang dari tada
hanya membersihkan jari-jarinya, pura-pura tidak mendengar perkataan Lily tadi.
“ah dan bunganya gratis” sambung
Lily dengan semburat merah yang menyerupai warna rambutnya, Chester menatapnya
dengan mulut terbuka. “hah? Apa? Nona Marlee, ini bunga kualitas tinggi, aku
yakin harganya 10 Gold! Aku bisa membayarnya tenang saja!” seru Chester yang
merasa tidak enak dari tadi mendapat diskon besar-besaran dari penjual kota.
“sebagai gantinya, datanglah besok
kesini untuk menemaniku minum the” gumam Lily dengan wajah yang hampir sama
dengan warna rambut Belias. Chester yang mendengarnya mencerna setiap kata dari
Lily, hingga akhirnya ia dapat memahami maksud Lily yang sebenarnya. Wajahnya
langsung memerah dan jantungnya berdegup kencang.
“HAH?” dan dengan bodohnya dia
berteriak.
-TBC-
0 Comments