Cerita
ini berawal sekitar 5 Tahun yang lalu,
5 tahun lalu setelah tamat dari SMA aku
memutuskan untuk tidak berkuliah dan membantu mengurus yayasan penitipan anak
kurang upaya tante ku di Malaysia. Hari itu tepat 5 bulan aku berada di panti
ini, ku istirahatkan tubuhku bangku teras panti, hari ini cukup memelahkan
karena ada dua event atau acara yang di buat dipanti. Memang setiap minggu
banyak sekali orang bergantian membuat berbagai acara disini, untuk berbagi
rejeki dengan anak panti.
Udara
siang itu sangat segar. Beberapa saat kemudian, Kiran teman ku yang tak lain
adalah seorang mahasiswi yang sedang magang disana datang menghampiri ku. Ia
turut duduk di sebelah ku.
“such
a tired day,” kata nya dan aku mengangguk. Mataku tertuju pada aktifitas
anak-anak 'spesial'di panti itu, ada yang membuka buku seakan sedang membaca,
ada yang mewarnai ke segala arah buku warnanya, dan itu sangat tidak beraturan.
Ada juga yang menulis-nulis bukunya.
Aku
bergumam, "Aku 'berharap' suatu hari nanti dapat mendirikan sebuah sekolah
untuk mereka."
Kiran
tersenyum dan berkata padaku. "Tukar
kata 'berharap' tuh dengan kata 'akan', Jom kite buat sekolah tuh!".
Tentu
saja kata-kata itu membuat aku tertawa, "kau bercanda? kita butuh uang
yang banyak untuk itu dan juga lahan yang cukup."
Ia
menggeleng, "yang kite butuhkan hanya semangat! Hanya semangat!”
“semangat
aja gak cukup rin, yang kita butuh kan modal, dan lahan” kata ku lagi.
“kite
antar sekolah tuh kemari!" katanya,
Aku
mengerutkan jidat ku yang selapang landasan kapal terbang ini. Ia sepertinya
memahami ke bingunganku itu, diambilnya handphone nya dan ia tunjukan sebuah
brosur ruangan kelas portable berbentuk container dari Facebook temennya.
"Sekolah
container? " kata ku yang sama sekali tidak terpikir akan hal itu.
Ia
mengangguk semangat. "Kite tinggal cari donatur, ini Pun tidak mahal
sangat, saye yakin banyak sangat donatur yang nak tolong kita". Katanya
lagi.
Tentu
saja hal itu membuat semangat ku bangkit.
“Semangat!”
katanya tersenyum pada, aku membalas senyuman itu.
Kami
pun mulai membuat selebaran untuk mencari donatur. Tentu saja hal tersebut
tidak lah mudah, ditambah lagi dengan pandangan remeh orang-orang terhadap
kami. Bahkan tanteku juga tidak yakin ide sekolah ini.
Namun
semangat kami tidak pupus. Dalam kurun waktu 10 bulan kami pun mendapat donatur
dan sekolah pun didirikan.
Walaupun
pada saat peresmian aku sudah balik ke Indonesia untuk melanjutkan studi ku,
namun rasa bangga itu tetap ada. Rasa bangga dari mengganti kata 'berharap' ke
'akan'. Rasa bangga dari mewujudkan cita-cita sederhanaku. Berkat Kiran dan
semangatnya.
0 Comments