Kareen Plot,
Gue terbangun dan memandang
sekeliling gue gelap,
“ma,mama!!” gue berteriak
memanggil mama, namun tidak ada jawaban sama sekali. Gue berlari mencoba
mencari jalan keluar, berlari tanpa arah dan berharap menemukan cahaya.
“Maa, Kareen takut maa!” hanya
itu kata yang keluar dari mulut gue, gue hentikan langkah gue, mencoba mengatur
nafas dan air mata yang terus keluar ini. Menangis sambil berlari itu tidak
enak, capek.
Jauh di hadapan gue, gue melihat
sebuah cahaya. Gue kuatkan diri gue untuk berlari lagi menuju cahaya itu. Ada
sebuah sosok yang berdiri di depan cahaya tersebut.
Mama, iya itu pasti mama. Gue
kerahkan seluruh sisa tenaga gue. Namun tiba-tiba ada yang menarik tangan gue,
sebuah tangan besar kekar yang tidak asing bagi gue. Sosok besar itu tersenyum menyeringai.
“Mama!!Tolong Kareen!” Teriak gue
pada mama, namun mama tidak melakukan apapun. Mama berjalan ke arah cahaya
putih itu. Tubuh gue ditarik dan dibanting kuat. Sekarang sosok itu berada dihadapan gue, bersiap menerkam gue. Dan..
Mata gue terbuka lebar, gue
dudukan badan gue dan mencoba mengatur nafas.
'mimpi' bathin gue.
Keringat bercucuran membasahi tubuh gue, padahal ac di kamar ini sudah 16°c. Lagi-lagi sosok itu muncul di mimpi gue. Sosok yang membuat gue takut tidur dimalam hari. Sampai kapan ini akan berakhir? Itu lah pertanyaan yang selalu gue tanyakan pada Tuhan. 10 tahun sudah, 10 tahun sudah gue mencoba menghapus semua mimpi buruk ini.
'mimpi' bathin gue.
Keringat bercucuran membasahi tubuh gue, padahal ac di kamar ini sudah 16°c. Lagi-lagi sosok itu muncul di mimpi gue. Sosok yang membuat gue takut tidur dimalam hari. Sampai kapan ini akan berakhir? Itu lah pertanyaan yang selalu gue tanyakan pada Tuhan. 10 tahun sudah, 10 tahun sudah gue mencoba menghapus semua mimpi buruk ini.
Gue gapai handphone yang berada
di meja bupet sebelah tempat tidur gue. 9.30 AM, itu lah yang tertulis besar di
layar handphone itu.
“Oh Sial!!” umpat gue, gue
harusnya mengantar anak bernama keysia itu ke kampus hari ini. Dengan cepat gue
bangkit dari tempat tidur dan langsung keluar dari kamar. Kamar Keysia tepat
berada di sebelah kamar gue, gue ketuk pintu kamar itu beberapa kali namun tidak ada suara.
‘’Apa dia sudah pergi?” duga gue,
gue turun ke lantai bawah menuju dapur. Ada bi ijah dan pak laksman disana
sedang berbincang.
“Pagi Bu Kareen” kata pak Laksman
dengan semangat. Gue hanya mengangguk pada pak Laksman.
“Bik, si anak baru itu mana?”
“Sudah pergi dari tadi non,”
jawab bi Ijah,
“iya, tadi mau saya antar pakai
motor bu, tapi dek Keysia nolak” jelas pak Laksman.
“jadi dia naik apa ke kampus?”
tanya gue.
“naik sepeda nya non Kareen,” jelas bi Ijah kali ini.
Tidak beberapa lama handphone gue
berbunyi.
Gue : “ya ma,”
Mama: ”Kamu udah antar Keysia ke
kampus?
Gue : “dia pergi sendiri ma, naik
sepeda”
Mama : “Sepeda? Kamu gimana si
reen, kan mama suruh kamu temenin dia,” nada bicara mama terlihat sangat
khawatir dan kecewa
Gue :” tadi kareen ketiduran ma,”
Mama: “ nah kan harusnya kamu tau
donk reen mama menitip Keysia sama kamu, kamu atur donk jadwal bangun kamu”
Gue Tarik nafas panjang
menenangkan diri gue, gue gak mau bertengkar sama mama lagi.
Gue: “Kareen minta maaf ma,”
Mama : “Sekarang kamu susul dia
ke kampus, sekarang ya!” mama lalu
memutuskan panggilan seketika.
Gue kepalkan tangan gue dan gue
bantingkan ke meja bupet di dapur itu dengan kuat. Gue tidak perdulikan tatapan
terkejut pak Laksman dan Bi Ijah itu. Gue ambil kunci mobil gue dan langsung
menuju bagasi.
“Shit, gak mungkin gue ke kampus
pake baju tidur gini,” gue Tarik nafas panjang dan keluar lagi dari mobil,
setidaknya cuci muka dan ganti baju. Terkadang emosi dan logika harus di sama
ratain.
09.50 Am, setelah sampai di kampus, gue parkir
mobil gue dan langsung menuju ruang prodi.
“Hai Mike,” sapa gue pada Michael
ketua prodi di kampus mama, dulu nya kami satu angkatan dan satu kelas.
“Eh, Hai reen” Michael terlihat
sangat terkejut melihat kehadiran gue.
“Tumben kau ke sini? Ada apa
ini?” tanya Michael dengan tatapan curiganya.
“Gue mau nyari info mahasiswi”
kata gue to the point.
“Kau masih gak berubah ya,
ngomong langsung to the point,” kata Michael sambil mengotak-atik komputernya.
Aku hanya tersenyum kecil sambil duduk di kursi hadapan mejanya.
“siapa nama mahasiswi nya?” tanya
Michael
“hmm Keysia” kata gue,
“Keysia apa? Nama panjangnya lah,
banyak Keysia tau gak” kata Michael lagi.
“Gue gak tau nama panjangnya”
“ya elah, kek mana nya kau, mau
cari orang tapi gak tau nama panjang nya” cibir Michael menyipitkan matanya ke
arah gue.
“Gimana donk itu?” tanya gue,
berharap Michael bisa menemukan jalan keluar.
“Siapa nya kau dia rupa nya ?”
“Anak temennya mama gue, sekarang
dia tinggal di rumah gue”
“Baek kale mamak mu sama dia ya,
Betewe jurusan dia kau tau apa? Trus dia Mahasiswi pagi atau malam”
“yang gue tau dia mahasiswa
pagi,” jawab gue.
“Nah ada dua mahasiswa pagi
namanya Keysia, satu jurusan bahasa inggris satu lagi bahasa jepang” jelas
Michael
“gak mungkin kayaknya bahasa
jepang, yang bahasa ingris deh”
Michael terlihat mengotak-ngatik
komputernya.
“Kau yakin reen? Keysia Reynand
yang kau cari?” tanya Michael wajahnya tampak berubah menjadi serius.
“ya seperti nya, gue juga gak
yakin,” Michael lalu memutar monitor komputernya ke arah gue. Di layar monitor
itu terlihat sebuah photo anak perempuan.
“iya itu dia, Keysia yang gue
cari” kata gue dan Michael tampak terdiam sejenak.
“Kau bilang dia anak nya temen
mamak kau? Dan sekarang tinggal di rumah kau?” tanya Michael dengan wajah cukup
serius menurut gue dan gue hanya menjawabnya dengan anggukan.
“kau gak tau dia ini siapa? Wah
kurang jauh searching google mu,” cibir Michael lagi.
“emang dia siapa?? Segitu
terkenalnya dia sampe google segala?” tanya gue aneh.
“Gak bisa aku cerita disini,
ramai orang disini, kau searching lah di google, saran ku hati-hati aja kau
sama dia, ingat pepatah buah gak jatuh jauh dari pohonnya, kecuali kalau buah
itu kenak tornado,” canda Michael sambil tertawa dan gue hanya memandang nya
heran, meihat gue tidak tertawa ia hentikan tawa nya.
“Ah gak bagus selera humor kau,
dia di ruang 301,”
“Okey, thanks”
Sepanjang perjalanan ruang 301,
gue memikirkan perkataan Michael. Apa dia cuman bercanda ya, dan ngerjain gue
seperti biasa. Nanti kalau gue searching muncul yang tidak-tidak lagi. Gue
hampir sampai di ruang 301, gue melihat anak itu disana tepat di depan pintu
kelas.
“Kareen?” katanya lalu
menghampiri gue sambil tersenyum.
“Lu bisa gak bangunin gue atau
apalah , jangan main pergi aja tadi pagi!” omel gue kesal.
“Maaf, soalnya kata bi ijah
Kareen baru tidur, ya aku tidak enak mengganggu” jelas nya, tidak tahu mengapa
gue tetap merasa kesal dengan anak ini. Gara-gara dia gue jadi dimarahin mama.
“Gue gak mau dengar alasan apapun besok, lu harus nungguin gue,
suruh bi ijah bangunin gue!” kata gue dan dia hanya mengangguk.
“jam berapa lu pulang?” tanya
gue.
“Jam 11, aku pulang sendiri aja,
tidak apa, aku udah tahu jalan kok”
“jam segitu gue juga ada meeting,
ya udah ntar lu pulang sendiri, dan mana handphone lu?” dia mengeluarkan
handphone dari dalam tas nya. Gue ambil handphone itu dan gue simpan nomor gue
disana.
“Misscall ke gue nomor lu, kalau
ada apa-apa telepon gue dulu baru telepon mama,” kata gue tegas dan dia hanya
mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya ada yang mengganggu gue, mata keysia
terlihat sedikit bengkak seperti habis menangis. ‘Ah bukan urusan gue’ bathin
gue.
Bersambung ,
Bersambung ,
0 Comments