When You Open Your Eyes - Part 4




Kareen Plot,
Gue terbangun dan memandang sekeliling gue gelap,
“ma,mama!!” gue berteriak memanggil mama, namun tidak ada jawaban sama sekali. Gue berlari mencoba mencari jalan keluar, berlari tanpa arah dan berharap menemukan cahaya.
“Maa, Kareen takut maa!” hanya itu kata yang keluar dari mulut gue, gue hentikan langkah gue, mencoba mengatur nafas dan air mata yang terus keluar ini. Menangis sambil berlari itu tidak enak, capek.
Jauh di hadapan gue, gue melihat sebuah cahaya. Gue kuatkan diri gue untuk berlari lagi menuju cahaya itu. Ada sebuah sosok yang berdiri di depan cahaya tersebut.
Mama, iya itu pasti mama. Gue kerahkan seluruh sisa tenaga gue. Namun tiba-tiba ada yang menarik tangan gue, sebuah tangan besar kekar yang tidak asing bagi gue.  Sosok besar itu tersenyum menyeringai.
“Mama!!Tolong Kareen!” Teriak gue pada mama, namun mama tidak melakukan apapun. Mama berjalan ke arah cahaya putih itu. Tubuh gue ditarik dan dibanting kuat. Sekarang sosok itu berada  dihadapan gue, bersiap menerkam gue. Dan..

Mata gue terbuka lebar, gue dudukan badan gue dan mencoba mengatur nafas.
'mimpi' bathin gue.
Keringat bercucuran membasahi tubuh gue, padahal ac di kamar ini sudah 16°c. Lagi-lagi sosok itu muncul di mimpi gue. Sosok yang membuat gue takut tidur dimalam hari. Sampai kapan ini akan berakhir? Itu lah pertanyaan yang selalu gue tanyakan pada Tuhan. 10 tahun sudah, 10 tahun sudah gue mencoba menghapus semua mimpi buruk ini.
Gue gapai handphone yang berada di meja bupet sebelah tempat tidur gue. 9.30 AM, itu lah yang tertulis besar di layar handphone itu.
“Oh Sial!!” umpat gue, gue harusnya mengantar anak bernama keysia itu ke kampus hari ini. Dengan cepat gue bangkit dari tempat tidur dan langsung keluar dari kamar. Kamar Keysia tepat berada di sebelah kamar gue, gue ketuk pintu kamar itu beberapa kali  namun tidak ada suara.
‘’Apa dia sudah pergi?” duga gue, gue turun ke lantai bawah menuju dapur. Ada bi ijah dan pak laksman disana sedang berbincang.
“Pagi Bu Kareen” kata pak Laksman dengan semangat. Gue hanya mengangguk pada pak Laksman.
“Bik, si anak baru itu mana?”
“Sudah pergi dari tadi non,” jawab bi Ijah,
“iya, tadi mau saya antar pakai motor bu, tapi dek Keysia nolak” jelas pak Laksman.
“jadi dia naik apa ke kampus?” tanya gue.
“naik sepeda nya  non Kareen,” jelas bi Ijah kali ini.
Tidak beberapa lama handphone gue berbunyi.
Gue : “ya ma,”
Mama: ”Kamu udah antar Keysia ke kampus?
Gue : “dia pergi sendiri ma, naik sepeda”
Mama : “Sepeda? Kamu gimana si reen, kan mama suruh kamu temenin dia,” nada bicara mama terlihat sangat khawatir dan kecewa
Gue :” tadi kareen ketiduran ma,”
Mama: “ nah kan harusnya kamu tau donk reen mama menitip Keysia sama kamu, kamu atur donk jadwal bangun kamu”
Gue Tarik nafas panjang menenangkan diri gue, gue gak mau bertengkar sama mama lagi.
Gue: “Kareen minta maaf ma,”
Mama : “Sekarang kamu susul dia ke kampus, sekarang ya!”  mama lalu memutuskan panggilan seketika.
Gue kepalkan tangan gue dan gue bantingkan ke meja bupet di dapur itu dengan kuat. Gue tidak perdulikan tatapan terkejut pak Laksman dan Bi Ijah itu. Gue ambil kunci mobil gue dan langsung menuju bagasi.
“Shit, gak mungkin gue ke kampus pake baju tidur gini,” gue Tarik nafas panjang dan keluar lagi dari mobil, setidaknya cuci muka dan ganti baju. Terkadang emosi dan logika harus di sama ratain.
 09.50 Am, setelah sampai di kampus, gue parkir mobil gue dan langsung menuju ruang prodi.
“Hai Mike,” sapa gue pada Michael ketua prodi di kampus mama, dulu nya kami satu angkatan dan satu kelas.
“Eh, Hai reen” Michael terlihat sangat terkejut melihat kehadiran gue.
“Tumben kau ke sini? Ada apa ini?” tanya Michael dengan tatapan curiganya.
“Gue mau nyari info mahasiswi” kata gue to the  point.
“Kau masih gak berubah ya, ngomong langsung to the point,” kata Michael sambil mengotak-atik komputernya. Aku hanya tersenyum kecil sambil duduk di kursi hadapan mejanya.
“siapa nama mahasiswi nya?” tanya Michael
“hmm Keysia” kata gue,
“Keysia apa? Nama panjangnya lah, banyak Keysia tau gak” kata Michael lagi.
“Gue gak tau nama panjangnya”
“ya elah, kek mana nya kau, mau cari orang tapi gak tau nama panjang nya” cibir Michael menyipitkan matanya ke arah gue.
“Gimana donk itu?” tanya gue, berharap Michael bisa menemukan jalan keluar.
“Siapa nya kau dia rupa nya ?”
“Anak temennya mama gue, sekarang dia tinggal di rumah gue”
“Baek kale mamak mu sama dia ya, Betewe jurusan dia kau tau apa? Trus dia Mahasiswi pagi atau malam”
“yang gue tau dia mahasiswa pagi,” jawab gue.
“Nah ada dua mahasiswa pagi namanya Keysia, satu jurusan bahasa inggris satu lagi bahasa jepang” jelas Michael
“gak mungkin kayaknya bahasa jepang, yang bahasa ingris deh”
Michael terlihat mengotak-ngatik komputernya.
“Kau yakin reen? Keysia Reynand yang kau cari?” tanya Michael wajahnya tampak berubah menjadi serius.
“ya seperti nya, gue juga gak yakin,” Michael lalu memutar monitor komputernya ke arah gue. Di layar monitor itu terlihat sebuah photo anak perempuan.
“iya itu dia, Keysia yang gue cari” kata gue dan Michael tampak terdiam sejenak.
“Kau bilang dia anak nya temen mamak kau? Dan sekarang tinggal di rumah kau?” tanya Michael dengan wajah cukup serius menurut gue dan gue hanya menjawabnya dengan anggukan.
“kau gak tau dia ini siapa? Wah kurang jauh searching google mu,” cibir Michael lagi.
“emang dia siapa?? Segitu terkenalnya dia sampe google segala?” tanya gue aneh.
“Gak bisa aku cerita disini, ramai orang disini, kau searching lah di google, saran ku hati-hati aja kau sama dia, ingat pepatah buah gak jatuh jauh dari pohonnya, kecuali kalau buah itu kenak tornado,” canda Michael sambil tertawa dan gue hanya memandang nya heran, meihat gue tidak tertawa ia hentikan tawa nya.
“Ah gak bagus selera humor kau, dia di ruang 301,”
 “Okey, thanks”
Sepanjang perjalanan ruang 301, gue memikirkan perkataan Michael. Apa dia cuman bercanda ya, dan ngerjain gue seperti biasa. Nanti kalau gue searching muncul yang tidak-tidak lagi. Gue hampir sampai di ruang 301, gue melihat anak itu disana tepat di depan pintu kelas.
“Kareen?” katanya lalu menghampiri gue sambil tersenyum.
“Lu bisa gak bangunin gue atau apalah , jangan main pergi aja tadi pagi!” omel gue kesal.
“Maaf, soalnya kata bi ijah Kareen baru tidur, ya aku tidak enak mengganggu” jelas nya, tidak tahu mengapa gue tetap merasa kesal dengan anak ini. Gara-gara dia gue jadi dimarahin mama.
“Gue gak mau dengar  alasan apapun besok, lu harus nungguin gue, suruh bi ijah bangunin gue!” kata gue dan dia hanya mengangguk.
“jam berapa lu pulang?” tanya gue.
“Jam 11, aku pulang sendiri aja, tidak apa, aku udah tahu jalan kok”
“jam segitu gue juga ada meeting, ya udah ntar lu pulang sendiri, dan mana handphone lu?” dia mengeluarkan handphone dari dalam tas nya. Gue ambil handphone itu dan gue simpan nomor gue disana.
“Misscall ke gue nomor lu, kalau ada apa-apa telepon gue dulu baru telepon mama,” kata gue tegas dan dia hanya mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya ada yang mengganggu gue, mata keysia terlihat sedikit bengkak seperti habis menangis. ‘Ah bukan urusan gue’ bathin gue.

Bersambung ,

Post a Comment

0 Comments