Summary : seorang Alchemist yang berusaha untuk
membangkitkan nama keluarganya kembali, seorang penyihir hijau, apa yang
terjadi jika mereka berdua di pertemukan??
Chapter One
Semuanya
terbakar, hampir rata dengan tanah, bagaikan bangunan-bangunan megah yang
terbuat dari berbagai bahan tidak ada, pohon yang biasa berbuah sepanjang
musim, bunga yang selalu berganti, para ‘mana’ yang selalu bermain di setiap
jalan kota kecil ini. Rumah miliknya, semuanya dilalap oleh kobaran api.
Tinggalah
seorang anak kecil berambut hitam ini menatap kobaran api yang semakin besar
karena tertiup angin, dengan wajah kotor yang depenuhi debu dan tanah, serta
bekas air mata berada di kedua pipinya, bajunya yang terasa sangat gatal
dibadannya itu tertiup angin, bergoyang bersama kobaran api tersebut.
Seluruh
suku nya telah di bunuh. Dan tinggallah dia sendiri. Aurel Chester, anak terakhir
dari suku Chester. Seorang calon Alchemist.
-*-
“apa
maksudmu kau kehabisan? Bunga ini sangat mudah di cari! Ayolah aku
membutuhkannya untuk nona Martha, ia sedang mengalami insomnia yang parah, bisa
saja dia tidak tidur malam ini!” seru seorang pemuda bermata hijau, ia memakai
kemeja cokelat muda dengan celana hitam yang di kaitkan dengan suspender hitam
juga. Ia menarik rambut hitamnya yang keriting itu dan menghela nafas.
“ini
sudah pertengahan bulan Juni, Chester. Stock bunga sudah menipis, sebaiknya kau
ke florist kota jika kau sangat membutuhkannya” penjaga toko paruh baya itu
kembali menyusun beberapa barang yang akan dibeli Chester.
“tapi
pusat kota sangat jauh”
“anak
muda, kau seorang Alchemist, tugasmu mencari bahan ramuanmu sendiri”
“tapi
ini toko serba ada!”
“oh
my god, Aurel cepat pergi dari sini!” teriak penjaga toko itu dengan lelahnya,
ia sudah sangat lelah menghadapi tingkah laku Alchemist lokal mereka. Tentu,
berkat kedatangan anak muda ini, dokter kota dan berbagai penyembuh lainnya sangat
terbantu karena mereka tidak perlu berhar-hari menunggu kedatangan stok obat
dari merchant atau Alchemist pengembara lainnya.
“HEI
JANGAN PANGGIL NAMA DEPANKU! KAU TAHU AKU SANGAT MEMBENCINYA!” teriak Chester
dengan wajah merah. Nama depannya sangat terdengar feminin membuatnya menjadi
bahan ejekkan bagi beberapa orang.
“yaya,
semuanya 20 Silver” kata pria berkumis itu tanpa melihat pemuda yang sedang
merogoh kantung uangnya.
“tapi
paman, aku yakin semuanya hampir 80 Silver”
“baiklah,
200 Silver” dengan tergesa-gesa pemuda itu mengeluarkan 2 koin 10 Silver sambil
menaruh semua belanjaannya di tas ranselnya.
“Terima
Kasih paman! Nanti aku bawakan minuman obat kuat jos sampai pagi!” teriak
Chester dengan senyum lebar, memperlihatkan giginya yang tajam-tajam, entah
bagaimana ia bisa mendapatkan gigi seperti itu ia juga tidak tahu.
“HEI!
AKU MASIH KUAT YA!!!” sahut sang penjaga toko dengan muka sangat merah, Chester
hanya tertawa lepas dan berlari keluar dari toko itu.
Sudah
13 tahun semenjak tragedi itu, setiap malam Chester harus meminum ramuan tidur
agar ia bisa istirahat, atau ia bekerja hingga pagi sampai ia tidak sanggup
untuk bangun.
Ia
datang dan di asuh oleh pastor yang ia sangat yakini adalah seorang paladin
kerajaan, walaupun pastor itu membantahnya berkali-kali, hingga ia sekarang
menjadi Alchemist lokal di kotanya, ilmunya masih tidak banyak, tetapi untuk
membuat obat, senjata, dan pakaian sihir dasat ia masih sanggup.
Tidak
banyak yang bisa ia lakukan, tetapi ia tetap berusaha untuk mencari informasi
13 tahun lalu. Dan juga ia harus segera mencari sekolah atau setidaknya guru
agar ia bisa menjadi Alchemist handal dan mengembalikan nama sukunya.
Sambil
kembali mengatur letak tas ranselnya, ia berjalan menyusuri jalan kecil
pinggiran kota, seperti kata bapak penjaga toko, ia akan menuju toko bunga yang
berada di tengah kota, bertahun-tahun Chester tinggal di kota kecil ini, ia
sangat jarang pergi ke kota, dikarenakan di daerah tempat ia tinggal sudah ada
toko serba ada, toko kain dan sebagainya, dan juga tempat tinggalnya dekat
dengan hutan, jadi otomatis Alchemist muda itu lebih gampang mencari bahan
baku.
Tetapi
seperti yang bapak tadi katakan, musim semi telah berakhir, sudah sulit mencari
bunga tertentu. Dan Chester memiliki bakat yang buruk di bagian cocok tanam.
Jadi ia tidak bisa menyediakan rumah hijaunya sendiri.
‘kata
orang toko bunga itu punya seorang penyihir’ pikir Chester sambil melihat
keadaan sekitar, beberapa orang menyapanya dengan ramah, bahkan ada yang
memberinya sekantung kue atau buah. Lumayan untuk makan malam.
“permisi
bibi” Chester menghampiri seorang ibu yang sedang berbelanja didepan toko buah
segar.
“oh
nak Aurel! Ada apa?” Chester ingin mati saja begitu bibi itu memanggilnya
dengan nama depan, tapi ia telan semuanya demi urusannya cepat selesai.
“apakah
ibu tahu dimana toko bunga sekitar sini?” Tanya Chester memperlihatkan senyum
manisnya.
“aaah
toko bunga Belias maksudmu? Kau lurus saja dari sini, lalu belok ke kanan, kau
tidak akan melewatkannya karena toko itu tepat berada didalam gang itu” jelas
ibu itu, Alchemist muda itu berterima kasih dan pamit kepada orang-orang disana
sambil melanjutkan perjalannya.
“Belias?
Bukankah itu nama monster api? Sungguh nama yang aneh untuk sebuah toko bunga”
gumam Chester, ia menemukan papan nama yang diletakkan tepat di gang tersebut.
Dan benar saja ‘Belias Flowery’ tertera di papan berwarna hijau dan putih
tersebut, dihias dengan beberapa bunga merambat dan bunga berwarna cerah
lainnya.
Dengan
langkah lebar, Chester berbelok ke kanan dan ia terkagum dengan aneka ragam
tumbuhan bunga yang terpajang di kanan dan kiri gang tersebut, di depannya
terdapat rumah kaca berukuran cukup besar bahkan hampir sebesar rumahnya. Ia
sangat terkesan.
“selamat
datang!” Chester terkejut mendengar suara riang yang berasal di balik pintu
kaca tersebut, pintu itu terbuka sedikit dan Chester terheran karena tidak ada
orang sama sekali.
“hei
di bawah sini” suara yang seperti anak kecil tersebut kembali terdengar , dan
Chester menundukkan kepalanya, alangkah terkejutnya ia melihat makhluk berambut
orange, dengan tanduk kambing gunung, ia memakai pakaian formal yang lucu,
lengkap dengan vest dan kravat berwarna hijau muda. Kakinya seperti kaki hewan
buas, seperti singa lebih tepatnya, tetapi tubuh bagian atasnya seperti
manusia.
“oh
my urobourus, kau mana api???” Chester terlihat sangat tidak mengerti dengan
keadaannya sekarang, seorang mana api, ada di toko bunga???? Bukannya itu
sangat bahaya??
“cih
dasar tidak sopan! Aku lebih tua dari kau anak muda!” mata bambi mana tersebut
mengecil dan ekornya menyulut api kecil. Pertanda bahwa sang mana tersulut
emosi karena perkataan Chester.
“oh
no maaf kan aku, hanya saja aku tidak menyangka saja. Senang bertemu dengan
anda, aku Chester, Alchemist” lelaki berambut hitam itu menggaruk pipinya,
dengan senyum canggung ia membungkuk sedikit kepada mana api tersebut.
“Alchemist?
Kau kah Aurel Chester?” tiba-tiba muncul seorang gadis berambut merah muda
pastel, dengan sweater ungu muda dan celana pendek putih, wajahnya sangat
mulus, berkulit kuning langsat dan bermata kecil, hidungnya kecil bulat dan
bibirnya penuh, dan tebal.
Chester
bagaikan terhenti bernafas melihat penampilan gadis itu.
“oh
my god” bisik Chester dengan lembut dan penuh pereasaan.
1 Comments
jangan lupa di follback gan Bocahweb.com
ReplyDelete