“umm…
mari minum teh bersama, besok sore.. t-tapi kalau kau sedang sibuk tidak
apa-apa!” Lily mengulangi ajakkannya, wajahnya sangat merah dan ia tidak berani
menatap langsung mata Chester. Sedangkan Alchemist itu hanya menatapnya dengan
bingung, wajahnya juga memerah.
“u-umm
aku rasa aku sudah menyelesaikan pekerjaanku besok sore, ta-tapi biarkan aku
membayar bunga ini Nona Marlee” pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia terlihat senang, mata hijaunya yang terlihat pudar memiliki cahaya walau tertutupi
oleh kelelahannya yang terlihat jelas di kondisi fisik wajahnya. Ia memiliki
kantung mata dan matanya merah.
“u-umm
aku rasa aku sudah menyelesaikan pekerjaanku besok sore, ta-tapi biarkan aku
membayar bunga ini Nona Marlee” pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia terlihat senang, mata hijaunya yang terlihat pudar memiliki cahaya walau tertutupi
oleh kelelahannya yang terlihat jelas di kondisi fisik wajahnya. Ia memiliki
kantung mata dan matanya merah.
“a-ah…
tidak apa-apa lagipula para Chamomile lainnya sudah setuju bahwa mereka ingin
digunakan oleh mu Alchemist Chester” Lily menggelengkan kepalanya sedikit, ia
melipat tanganyna didepan dadanya dan menarik nafas panjang. “mereka juga
mengundangmu, datanglah besok jika kau mempunyai waktu” sambungnya, Chester
menatap matanya sebentar, terlena dengan cahaya yan dipancarkan oleh warna caramel
itu.
“baiklah”
jawab Chester setelah beberapa saat, senyum simpul perlahan terukir di
wajahnya, ia dapat merasakan kelelahannya menyesap di tulangnya, rasanya ia
sangat mengantuk dan puas, hatinya penuh dan hangat. Mungkin karena aliran
sihir disini yang penuh, entah lah, ia tidak bisa berpikir panjang karena sihir
di sini di tambah dengan Belias yang merupakan Mana yang cukup kuat.
“terimakasih
atas bunganya, aku akan berusaha untuk menggunakannya dengan baik, aku permisi.
Nona Martha perlu tidur malam ini.” Jelas Chester yang menaruh bunga-bunga
tersebut ke dalam keranjang yang bergantung di salah satu tali ranselnya.
“sampai
ketemu besok Nona Marlee”
“panggil
aku Lily, Alchemist Chester” potong Lily dengan tergesa-gesa, dan Chester dapat
merasakan rumah kaca ini sedikit memanas, bahkan ia merasa tumbuhan di belakang
Lily bergoyang ke kanan dan ke kiri.
“kalau
begitu panggil aku Aurel” entah apa yang menghantui Chester, tiba-tiba saja ia
menawarkan Lily untuk memanggil nama depannya yang sangat ia benci. Tetapi
melihat senyuman manis hingga mata kecil itu membentuk bulan sabit dan Chester
sangat yakin bahwa di tumbuhan disana seperti bergembira mengetahui pemilik
mereka bahagia. Membuat Chester tidak jadi menyesal menawarkan namanya tadi.
“baiklah,
sampai jumpa besok, Aurel” dan saat itu juga Chester benar-benar yakin tidak
menyesal untuk meminta Lily memanggil dengan nama depannya. Namanya terdengar
pas saat diucapkan oleh Lily, dan Chester menyukainya, berharap ia akan
mendengarnya sekali lagi.
“okay,
sampai jumpa, Lily, Tuan Belias” Chester melambaikan tangannya kepada mereka
berdua dan keluar dari rumah kaca itu.
“seharusnya
kau tidak mendengar kata-kata Chamomile, mereka bukan pemberi saran yang baik”
ujar Belias tiba-tiba. Lily tersentak dan menjulurkan lidahnya kepada Belias,
lalu pergi meninggalkan Mana Api itu sendirian menikmati ramuan bunganya
sendiri.
-*-
Esok
harinya, matahari masih bersinar di atas langit, menunjukkan hari masih aktif
dan orang-orang masih beraktivitas. Di dalam toko bunga Belias, seorang
penyihir hijau berambut merah muda sedang sibuk memilih teh yang akan ia minum
bersama Alchemist lokal nanti, ia menyesal tidak menanyakan teh macam apa yang
ia sukai.
Tetapi
melihat kondisi sang Alchemist yang sangat memprihatinkan, penyihir ini sangat
tergoda untuk memberinya ramuan tidur, karena kantung mata yang sudah hampir
berwarna ungu tua, mata yang merah, dan kulit yang pucat itu membuatnya sangat
khawatir.
Ia
tahu Alchemist sangat sibuk karena pekerjaan mereka bukan hanya menyatukan
bahan lalu membaca mantera seperti penyihir, mereka harus mengolah bahan-bahan
yang ada, memikirkan apakah efek dari bahan-bahan tersebut akan cocok dengan
hasilnya, apakah bahan-bahan tersebut dapat bekerja sama dengan baik, dengan
perhitungan yang tepat demi mendapatkan hasil maksimal, seperti meramu obat
biasa, tetapi menggunakan kekuatan sihir dan sari murni bahan-bahan tersebut
sedikit menciptakan alat sihir hingga makanan ajaib.
Tetapi
sesibuk apa Alchemist di kota yang tidak terlalu besar ini? Toko obat, dokter,
shaman, toko baju/armor, senjata, bahkan toko serba ada juga ada. Bahkan
penyihir seperti Lily juga ada di kota ini. Seharusnya Chester tidak sesibuk
itu kecuali ia mempunyai penelitian khusus.
“aku
dapat mendengar kau berfikir, siapkan saja black tea dan assam, aku rasa dia
adalah penikmat klasik” Belias yang sedang membantu Lily untuk menyiapkan
tempat mereka menikmati teh berkata kepada Lily. Dan tanpa berkata apapun Lily
menyetujui Mana tersebut dan mulai menyiapkan beberapa teh kedalam teko untuk
siap di seduh nanti.
Dan
tanpa terasa waktu yang dijanjikan hampir datang, langit kota ini terlihat
kuning muda, menandakan matahari akan terbenam dalam beberapa jam tadi, Lily
berdiri di tengah-tengah ruang tunggu toko bunga nya, ia telah berganti baju,
ia mengenakan blouse berwarna peach dengan lengan tanjang yang ujungnya
dipenuhi dengan ruffle yang manis, sebagai bawahannya ia menggunakan rok A yang
manis berwarna broken white, ia terlihat sangat chic dan lembut dengan rambut
merah mudanya di hias oleh jepit rambut bunga Dahlia putih dan sedikit
perhiasan di tubuhnya.
Semua
persiapan telah selesai, ia hanya tinggal menunggu Chester datang dan mengetuk
pintu.
“kau
semangat sekali hanya untuk minum teh” komentar Belias yang memakai baju yang senada
dengan Lily, semburat merah muncul di kedua pipi Lily mendengar komentar Mana
tersebut.
“p-perasaanmu
saja!” seru Lily yang kembali kabur dari tempat kejadian menghindari komentar
jahil dari mana itu.
Tetapi
tanpa terasa kembali waktu telah berlalu, hingga langit menunjukkan warna
oranye gelap, rumah kaca yang transparan itu terisi dengan warna oranye yang
indah, jika dengan seksama terlihat debu kecil atau serbuk bunga yang
berterbangan di dalam ruangan tersebut.
“apakah
ia belum selesai bekerja?” Lily mulai khawatir dengan Chester yang tidak
kunjung datang dan memberi kabar. Ia duduk di salah satu bangku tempat mereka
akan mengadakan pesta teh bersama, Belias duduk didepannya sambil menatap sedih
Lily. Toko mereka sudah ditutup dari tadi, bahkan Lily memasukkan papan
bunganya yang ada di luar jalan.
“mungkin
saja” bisik Belias dengan pipi tembamnya yang memerah karena suhu di ruangan
mendingin, tumbuhan di rumah kaca tersebut bergoyang seperti di tiup angin,
mereka berusaha menghibur sang pemilik.
“tidak
apa-apa, kalian semua tidak perlu khawatir” ucap Lily dengan senyum kecut.
“kita tunggu saja sebentar lagi, aku akan menghidupkan lilin” sambung Lily yang
bangkit dari tempat duduknya.
“mari
aku bantu” tawar Belias yang turun dari bangkunya dan mengikuti Lily.
Secara
perlahan mereka berdua menghidupkan beberapa lentera kecil di setiap sudut
ruangan, berkat bantuan Belias, api dengan mudah di hidupkan.
Hingga
akhirnya malam telah tiba, tanda-tanda Chester tidak ada. Bahkan para tumbuhan
tidak mendapatkan kabar dari tumbuhan luar lainnya. Membuat hati Lily kecewa.
“mungkin
dia sibuk, ayo kita nikmati tehnya Belias” ajak Lily dengan nanar yang sendu.
Tungkainya berjalan menuju meja kecil yang sudah di hias sedemikian rupa untuk
meminum the, ia membaca mantera pendek dan air didalam teko tersebut kembali
panas, dengan lihai ia menuang beberapa gram serbuk teh kedalam teko tersebut
dan mengaduknya dengan pelan.
Belias
kembali duduk di kursinya sebelumnya dan membagikan 2 cangkir teh, satu
untuknya, satu lagi untuk Lily.
“seharusnya
aku tidak mengajaknya, apa aku terlalu terang-terangan?” Tanya Lily dengan alis
yang berkerut, matanya berkaca sakingkan kecewanya.
Ia
mengerti bahwa Alchemist itu sibuk, tetapi Chester telah berjanji padanya. Dan
ia tahu bahwa ia tidak seharusnya mempercai perkataan orang yang baru saja di
kenalnya.
“tidak
juga Lily, mungkin dia benar-benar sibuk. Kau sudah melihat bagaimana
kondisinya semalam, ia terlihat satu langkah lagi menjadi zombie” hibur Belias
yang memegang tangan kecil milik Lily.
-tok
tok tok-
Kedua
makhluk sihir tersebut mengangkat kepala mereka, mereka saling menatap satu
sama lain dengan ekspresi terkejut, bagaikan tidak percaya dengan apa yang
mereka dengar.
“Lily?”
-TBC-
0 Comments